Euforia Pertandingan Baseball di Tokyo Dome (東京ドームでの野球試合の幸福感)

5:30 PM

Story di Instagram Tentang Suasana di Tokyo Dome

19 Juli 2017

“Besok kamu ikut orang-orang kantor buat nonton pertandingan baseball ya”

“Karena saya masih harus mengurus mensetsukai, jadi kamu perginya bareng sama yang lain aja”

Seperti biasa tantousha yang berkebangsaan China itu mengingatkan jadwal esok hari. Ia berkata demikian sambil mengecek laporan harianku. Pertandingan baseball ya? Pantas saja sejak kemarin beberapa orang staf terlihat membicarakan tim baseball. Salah satunya bahkan sambil memeragakan teknik lemparan menggunakan bola kasti sungguhan.

Sekilas aku teringat salah satu temanku mahasiswa Waseda yang gemar menonton pertandingan baseball. Lantas aku terpikir untuk mengajaknya. Sayangnya saat meminta persetujuan tantousha, katanya tak bisa mengundang orang luar perusahaan. Pertandingan tim antar perusahaan itu ternyata bukan untuk umum. Unik juga, ternyata bisa juga perusahaan Jepang menyelenggarakan pertandingan dengan mengundang perusahaan lain untuk mendukung tim mereka.

Esoknya, aku dan orang-orang kantor berangkat ke Tokyo Dome pada pukul setengah 6 sore. Meski baru akan melihatnya secara langsung, telingaku sudah tak asing lagi mendengar nama Tokyo Dome. Ini pasti akan sangat menyenangkan, karena aku penasaran seberapa megah stadion yang selalu menjadi tempat konser artis terkenal? Selain itu juga untuk pertama kalinya aku akan menonton pertandingan baseball yang terbilang sangat populer di Jepang.

Kami berjalan kaki menuju lokasi meski jaraknya cukup jauh. Obrolanku dengan salah satu staf membuat perjalanan tak terasa melelahkan. Apalagi saat itu sore hari jadi tak perlu berjuang di bawah matahari musim panas yang menyengat.

Di luar dugaanku, suasana Tokyo Dome sangat ramai. Di berbagai sudut, mulai dari gerbang masuk, sekeliling stadion, hingga lantai 2 yang menuju pintu masuk, banyak sekali orang bersetelan kantor yang berkumpul memadati lokasi. Sebagian dari mereka masih berkumpul sambil menunggu staf lain sambil memegang uchiwa, ada juga sebagian yang sudah naik ke lantai 2. Aku dan para staf juga akhirnya ke lantai 2 setelah mengobrol sebentar dengan bapak direktur Northern Lights.

Setelah salah satu staf selesai membeli minuman dalam dua kantung plastik, kami berjalan menaiki tangga Nagashima Gate mengikuti antrian yang entah akan mengarah ke mana. Tak lama kemudian, di sebelah kanan berjajar meja dengan beberapa orang yang menyambut kami dengan ramah. Beberapa dari mereka memberi kami uchiwa berwarna kuning. Kipas khas musim panas itu bertuliskan maskot dan nama tim yang akan kami dukung. Katanya, tim yang kami dukung berasal dari perusahaan Seino.
Tiba di dalam stadion, ternyata pertandingan sedang berlangsung cukup seru. Penonton sudah memenuhi tribun dan masih banyak lagi yang akan menempati bangku tribun seperti kami. Bersamaan dengan cheerleaders yang menari diiringi tabuhan musik dari marching band, penonton bersorak mewarnai suasana. Sepanjang langkah kami mencari tempat duduk yang kosong, musik penyemangat seolah tak henti-hentinya bergema.

Menanggapi kekagetanku akan keramaian itu, salah satu staf berkata bahwa pertandingan baseball di Jepang memang seperti itu. Suasana harus dibuat sangat ramai, apalagi kalau itu pertandingan yang digelar oleh perusahaan. Sorak sorai dan musik itu seolah menjadi bagian dari tuntutan profesionalitas demi mengantarkan tim perusahaan pada sebuah kemenangan. Hal itu sangat berkebalikan dengan pertandingan di Amerika yang tak boleh seribut itu.

Aku menempati bangku yang agak di depan, meskipun aku tahu sedekat apapun posisi dudukku dengan lapangan, tetap saja aku hanya melihat para atlit yang seperti tonggak putih kecil yang lincah berlari. Dua buah layar besar hanya menampilkan skor atau iklan dari beberapa produk dan perusahaan yang memenangkan babak. Padahal aku berharap ada tampilan zoom para pemain selama pertandingan. Lalu bagaimana aku memahami aturan permainan kalau pemainnya saja berlaga di sudut yang jauh?

Akhirnya aku memberanikan diri bertanya pada staf perempuan di sampingku. Dia pun menjelaskan aturan permainan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan kadang bercampur baur dengan istilah bahasa Inggris. Setiap pemukul bola berganti, pergantian tim, hingga jeda di tengah permainan, ia selalu menjelaskannya dengan baik. Dan sedikit demi sedikit aku mengerti kapan tim akan berganti dan kapan tim akan mencetak poin.
Foto bersama staf yang menjelaskan aturan permainan baseball
Saat aku mengunggah foto pertandingan disertai keterangan lokasi di Instagram, beberapa temanku mengungkapkan keinginan mereka untuk pergi ke sana juga. Salah satunya ada yang teringat akan konser artis idolanya yang pernah diselenggarakan di sana. Dari obrolan tersebut, sekilas aku ikut membayangkan betapa meriah dan megahnya konser yang diselenggarakan di Tokyo Dome. Sebut saja Hey! Say! JUMP!, Luna Sea, hingga Mick Jagger yang pernah menghentak stadion dengan musik mereka.

Setelah melalui kejar-kejaran poin yang cukup menegangkan, akhirnya kemenangan jatuh pada tim yang kami dukung. Para penonton yang sedari tadi menumpahkan euforia pun berjalan menuju pintu keluar dengan tertib. Mungkin para atlit maupun pejabat perusahaan yang menang sehabis ini akan mengadakan nomikai besar-besaran. Tetapi aku tak bisa membayangkan seberapa besarnya kekecewaan tim lawan yang menelan pil pahit kekalahan.

Aku masih belum tahu persis mengapa orang Jepang amat sangat menggemari baseball ketimbang sepak bola yang sudah sangat mendunia. Buktinya saja aku dapat menemui dengan mudahnya anak-anak yang berlatih baseball seperti di Taman Ueno, ketimbang anak yang sedang giat berlatih futsal seperti di Indonesia. Tapi yang jelas, hari ini aku melihat secara langsung para pekerja di Jepang yang melampiaskan euforianya setelah melalui hari-hari di kantor yang melelahkan. Seberapa cintanya mereka terhadap pekerjaan, mereka tetap saja manusia Jepang yang ingin melepaskan hormon kebahagiaan.

You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook

Flickr Images