A Written Inspiration (#KampusFiksi 7th Day)

7:26 PM


Inspirasi bisa didapat dari mana saja dan dengan cara apa saja. Setiap orang memiliki caranya tersendiri untuk mendapat inspirasi. Ada beberapa yang bisa mendapatkannya dengan membaca buku, berjalan-jalan, makan, dan sebagainya. Tetapi siapa sangka bahwa kita pun bisa mencari secercah inspirasi dari sebuah tulisan? Dan aku baru tahu hal tersebut dari challenge hari ketujuh ini.

Kalau ditanya tulisan apa yang menginspirasiku, itu membuatku flashback pada masa ketika membaca sebuah karya sastra yang sangat mengagumkan. Sebuah karya yang pasti dikenal dan dikenang seluruh pecinta sastra. Sebuah karya, lebih tepatnya novel, yang membuat Hiroaki Kato mulai jatuh cinta pada Indonesia. Apa lagi kalau bukan Bumi Manusia, karya penulis favoritku, Pramoedya Ananta Toer.

Waktu itu di semester 4, aku terbius oleh pesona buku Bumi Manusia karena cerita, tokoh, alur, dan ah.. semuanya! Aku pertama menemukan pesona itu saat baru membaca chapter awal. Ternyata tak hanya sekedar tokoh, alur dan kawan-kawannya, aku juga sempat menemukan ‘harta karun’ di antara serangkaian kata-kata yang dijalin oleh Pram. Harta karun itu berbunyi : “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” (Minke – Bumi Manusia)

Indah bukan? Bagian yang paling menggetarkan hati adalah ‘menulis adalah bekerja untuk keabadian’. Seolah aku dapat merasakan Minke, sang tokoh utama, benar-benar bernafas dan meluncurkan kata-kata indah itu dari mulutnya. Itu benar-benar menyentuh dan mengangkat tinggi-tinggi nyali menulisku yang sempat ciut. Kata-kata itu membuatku tak lagi ragu untuk menulis, mereka telah membuatku berani menginspirasi melalui tulisan.

Dari kutipan pembicaraan Minke tadi, aku jadi merasa lebih percaya diri menghadapi orang-orang jenius di luar sana yang tak mengikat ilmunya dengan tulisan. Bahkan terkadang aku membayangkan nasib malang mereka yang akan segera terlupakan dari sejarah bila tidak menulis. Orang-orang itu juga akan tenggelam di tengah masyarakat yang akan semakin membanjiri dunia.

Berkat kata-kata inspiratif dari Minke, kini aku sudah tak peduli bila ada orang di luar sana yang meremehkan hobi ataupun profesi menulis. Aku melakukan semua ini karena mengabdi untuk keabadian, aku tidak mau hilang dari sejarah dan dari peradaban. Meski aku bukan siapa-siapa, tapi aku tetap tidak siap untuk kehilangan eksistensi sepenuhnya hanya karena tidak meninggalkan jejak berupa tulisan. Biarlah aku tidak pandai berorasi, toh orasi paling lama hanya akan menempel di pikiran orang-orang hingga hingga tahun lagi, tapi tidak halnya dengan tulisan. Karena aku tahu, tulisan yang terpendam selama bertahun-tahun pun akan tetap mempertahankan tumpahan pikiran sang penulis. Dan itulah yang membuatku sadar bahwa betapa setianya tulisan itu.

You Might Also Like

2 comments

  1. gajah mati meninggalkan gading, dan manusia mati meninggalkan nama
    seseorang akan dikenang dari tulisannya
    sya juga suka buku bumi manusia
    juga buku-buku pram yg lain, yang tergabung dalam tetraloginya bersama bumi manusia itu

    ReplyDelete
  2. 'menulis adalah bekerja untuk keabadian'saya suka quotesnya. Jadi pengen baca bukunya��

    ReplyDelete

Like us on Facebook

Flickr Images