Preferensi Tipe Lelaki Idaman (#KampusFiksi 1st Day)

4:28 PM


 Sejak zaman SD, jujur saja aku sudah banyak menyaksikan teman-temanku yang berpacaran atau membicarakan lawan jenis yang mereka sukai. Bahkan ada beberapa dari mereka yang pernah memberi coklat untuk hadiah Valentine (oh God x_x). Sahabat karibku dulu juga hampir setiap hari bercerita tentang laki-laki yang mengincar dia, baik di sekolah maupun di lingkungan perumahannya. Lalu bagaimana dengan nasibku dulu? Saat belum mengenal istilah jomblo ngenes (jones), aku tak henti-hentinya iri pada teman-temanku yang sudah lebih dulu memiliki gambaran mengenai kekasih idaman.


Berlanjut pada jenjang sekolah menengah pertama, kegalauan soal kekasih mulai berkurang karena beberapa teman dekatku memiliki nasib yang sama. Namun menjelang masa puber, aku mulai naksir pada salah satu teman sekelasku. Sejak saat itulah aku memiliki preferensi pertama mengenai tipe seorang kekasih, yaitu sederhana dan tak terlalu populer. Hal itu sesuai dengan circle-ku yang terdiri dari orang-orang yang tidak begitu populer.

Saat SMP aku menikmati masa-masa puber sambil menunggu pencerahan berisi preferensi kekasih idaman. Namun kegalauan yang mendera di masa SD kembali terkuak saat salah satu temanku ada yang iseng bertanya, “Apa kamu pernah jatuh cinta atau dicintai lawan jenis?”. Pertanyaan itu menurutku cukup lebay untuk ditanyakan dan dipikirkan oleh seorang anak yang baru puber, tapi pada kenyataannya cukup menyakitkan juga karena aku tidak terlalu banyak tahu tentang itu.

Masa SMP bisa dibilang menjadi masa di mana aku semakin menemukan banyak gambaran mengenai tipe kekasih impianku. Ketika akan naik ke kelas 3 SMP, aku bertemu dengan seseorang di media sosial yang membuatku semakin hari semakin menggebu-gebu. Entah kenapa sebelum melihat foto selfie-nya, aku sudah memiliki firasat bahwa orang itu adalah tipeku karena melihat dari kesamaan hobi dan minat, dan itulah preferensi keduaku. Saat aku berhasil membujuknya untuk mengirim foto diri, diri ini semakin berteriak dalam hati bahwa ia adalah tipeku. Meski aku bukan tipikal yang suka men-judge orang lain dari penampilannya, tapi ia memang benar-benar masuk dalam tipe yang kusukai. Alis tebal, rambut rapi, bertubuh tegap berisi, secara penampilan ia persis anggota militer dan usianya lebih tua dariku.

Berkat segenap perjuangan, akhirnya aku berhasil berada di pelukannya hingga kini. Selama menjalani hubungan dengannya, aku semakin menyadari beberapa preferensi yang selama ini kucari-cari. Ia memiliki sifat jujur dan terbuka sehingga aku tahu semua kesehariannya meski kami terpaut jarak yang jauh. Kekasihku itu juga sangat berbakti kepada orang tua, terbukti dengan sikap mengorbankan waktu untuk melakukan hobi-hobinya demi menghabiskan waktu lebih banyak dengan keluarga.  Sifat perhatiannya pun patut diacungi jempol karena ia tetap meluangkan waktu setiap harinya untuk mengirim chat kepadaku.

Ah, kini aku hanya tinggal  flashback masa-masa indah sejak kegalauan tentang keberadaan seorang kekasih, saat pertama kali menyukai seseorang di masa puber, dan menemukan incaran pertama di media sosial yang menjadi serius hingga kini. Dan aku menyimpulkan bahwa preferensi mengenai kekasih idaman itu akan terus bertambah seiring bertambahnya usia dan pengalaman. Yah, mungkin saja di masa yang akan datang pencerahan berisi preferensi itu akan terus berdatangan.

You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook

Flickr Images