Petualangan 3in1 di Ueno (上野での3in1の冒険)~Jalan-Jalan di Kebun Binatang, Kuil, Museum~

10:21 AM

Museum Nasional Tokyo (東京国立博物館)

16 Juli 2017

“Hari Minggu nanti kita jalan-jalan yuk”

“Ayo! Tapi jalan-jalan ke mana ya?”

“Kamu ada list tempat yang pengen dikunjungi ngga?”

“Ke Ueno aja gimana? Di sana ada kebun binatang sama Museum Nasional Tokyo kan?”

Begitulah percakapanku dengan salah satu temanku yang berkebangsaan Jepang. Kami sudah menyusun rencana jalan-jalan dengan sangat matang. Pokoknya, hari Minggu ini kami akan bertemu di Stasiun Ueno pada pukul 10 pagi. Ibarat agen travel, perjalanan kali ini sudah menjadi paket spesial 3 in 1 karena mencakup Taman Ueno, Kebun Binatang Ueno, dan Museum Nasional Tokyo.

Minggu pagi pun menyambut Tokyo. Untunglah aku bangun dengan cepat. Pagi-pagi, aku rela mengalahkan gaya gravitasi futon yang sangat kuat di akhir pekan agar bisa langsung mandi dan berganti baju. Setelan hang-out di musim panas hari ini berupa kaus sleeveless hijau berlapis jaket sporty putih yang warnanya senada dengan celana panjang. Dengan ini, aku siap menjelajahi Ueno.

HP-ku bergetar beberapa kali. Di layar muncul pemberitahuan dari LINE. Mungkin di dalamnya ada pesan dari temanku. Lantas kubuka lockscreen untuk melihat isi pesannya.

“Maaf banget, kayaknya hari ini aku ngga bisa pergi. Demamku tiba-tiba naik :(”

Pesan itu masuk ketika aku sudah membereskan seisi satchel bag dan menyiapkan sunglasses, segala ekspektasiku langsung lenyap. Ekspektasi bahwa aku akan wefie dengan teman yang sudah setahun tidak bertemu, ekspektasi bahwa ia akan menjadi guide dadakanku selama di museum, dan ekspektasi bahwa kami akan menikmati paket wisata di Ueno, telah menguap seketika.

Tak butuh waktu lama, kepalaku langsung dipenuhi oleh kegalauan-kegalauan. Sementara teman sekamarku hendak berangkat dengan rencananya sendiri, aku masih belum juga beranjak. Pergi atau tidak, dua kata itulah yang menahan langkahku sekarang.

Pada akhirnya aku memilih untuk pergi. Tak apalah meski pergi jalan-jalan seorang diri. Lagipula pasti ada satu kesempatan di antara 14 hari ke depan untuk bertemu temanku itu.

Stasiun Shibamata di hari Minggu tak seramai hari kerja. Begitupun di stasiun-stasiun berikutnya, aku bahkan selalu kebagian tempat duduk di kereta. Jadwal densha pada akhir pekan ternyata memang lebih santai dari hari kerja karena tak ada rush hour, jadi kereta tak selalu datang 10 menit sekali. Barulah aku melihat keramaian saat tiba di Stasiun Ueno. Mungkin sebagian besar dari mereka adalah wisatawan, sama seperti diriku.

Perjalanan kumulai dari stasiun ke Taman Ueno. Menurut informasi yang kucari, dalam taman tersebut terdapat banyak tempat wisata seperti kebun binatang, museum, air mancur, dan lain-lain. Bingung dengan pintu masuk taman, aku sedikit bertanya pada seorang wanita pejalan kaki. Mengikuti arahan darinya, kusebrangi jalan yang sangat ramai. Aku pun berjalan cepat mengikuti langkah orang-orang melewati lorong dan menaiki tangga hingga akhirnya terlihat bagian dalam taman yang serba hijau.

Tujuan wisata pertamaku adalah Kebun Binatang Ueno. Dari tempatku masuk, rutenya memang cukup jauh. Aku harus berputar arah dan jalan hingga menemui lapangan baseball. Menurut petunjuk dari petugas keamanan, aku harus sedikit mengelilingi lapangan itu hingga menemui pintu masuk kebun binatang. Barulah dari kejauhan terlihat gambar maskot binatang dan antrian orang di depan loket.

Aku pun membeli tiket di depan mesin penjual otomatis. Kukira ada pelayannya seperti di loket Tokyo Tower. Ternyata baru ada orang yang melayani pada saat pengecapan tiket tepat sebelum pintu masuk. Setelah melewati portal, sudah saatnya aku melihat-lihat kebun binatang super luas ini! 

Di bagian kanan, terdapat tembok yang ada gambar beberapa satwa yang cukup unik beserta nama spesiesnya, termasuk panda. Tak jauh dari situ, ada pintu masuk menuju kandang panda. Belum juga masuk, sudah terlihat antrian yang cukup panjang. Inilah kesempatan pertamaku untuk melihat hewan lucu dari Negeri Tirai Bambu itu. 

Tak lama, akhirnya kandang panda yang dibatasi oleh kaca itu terlihat di depan mata. Di dalam hanya ada satu ekor, dan sayangnya sedang tertidur. Jadi aku hanya melihat hewan berbulu hitam dan putih itu dari belakang. Tetapi baru melihat begitu saja sudah gemas melihatnya.
Panda di Kebun Binatang Ueno

Lalu aku menjelajahi area satwa jenis mamalia dan unggas, baik yang besar maupun yang kecil. Ada jerapah, gajah, flamingo, dan sebagainya. Beruntung sekali aku menemukan penguin. Beberapa di antaranya sedang berenang dan berseluncur di atas papan seluncur es. Betapa menggemaskannya mereka. Di musim panas yang terik begini aku yakin hewan musim dingin seperti mereka lebih memilih untuk bermalas-malasan.

Seperti kebanyakan kebun binatang, pengunjung didominasi oleh anak-anak beserta orang tuanya. Walaupun ada pasangan muda-mudi, tapi jumlahnya tak sebanyak anak kecil. Terkadang aku gemas saat mendengar anak-anak berceloteh kepada orang tuanya tentang hewan yang mereka lihat. Begitu juga saat di dalam vivarium dan area hewan nokturnal, anak-anaknya semakin terlihat antusias dan bertanya tentang banyak hal.

Di Kebun Binatang Ueno ternyata ada wahana monorail. Antrian terlihat mengular saat aku tiba. Saat tiba giliranku untuk masuk, aku memilih posisi berhadapan langsung dengan jendela. Kurang lebih 5 menit monorail melaju melewati area kebun binatang. Sesekali terlihat pepohonan yang menyembul dari kandang, kolam besar, food court dan toko souvenir, lalu melewati jembatan yang ramai oleh wisatawan. Penumpang terlihat antusias menikmati pemandangan dari atas, dan bule wisatawan di sampingku terlihat sibuk memotret dengan kameranya.

Sebelum keluar dari kebun binatang, aku teringat bahwa di sini ada beruang kutub. Mumpung ada kesempatan, cepat-cepat aku ke area timur yang di mana terdapat hewan-hewan buas termasuk beruang kutub. Aku harus lihat binatang itu, lumayan fotonya bisa menjadi daya tarik di Instagram. Saat berhasil menemukan kandangnya, aku sudah menduga pasti akan ada banyak pengunjung yang berkerumun di sekitarnya. Di dalamnya kebetulan ada seekor beruang kutub yang hanya mondar mandir sambil berendam. Fotonya lumayan jelas meski dari kejauhan.

Puas dari kebun binatang, aku keluar untuk mencari spot lain. Di sekitar Taman Ueno ini juga ternyata ada Kuil Ueno Toshogu. Saat aku melewati torii-nya yang berwarna coklat kehitaman, panji-panji berwarna putih bertuliskan nama kuil terpasang di sepanjang jalan menuju bangunan utama. 
Menuju bangunan utama kuil

Saat memasuki gerbang kedua, terdapat berderet-deret lentera batu yang katanya melambangkan bangsawan daimyo. Bangunan utamanya yang berwarna emas dan memiliki lambang klan Tokugawa ini disebut Konjiki Dou. Meski tak sepi pengunjung maupun peziarah, suasananya yang hening sangat kontras dengan keramaian taman dan kebun binatang.


Karena tak banyak yang kulihat dan kupotret di kuil, segera aku mencari arah menuju Museum Nasional Tokyo. Jarak yang ditempuh dari Kuil Ueno Toshogu ke Museum Nasional kurang lebih 1 km. Sepanjang langkah menuju museum, di beberapa sudut taman terlihat barisan anak-anak SD yang kelihatannya sedang study tour ke Museum Sains Nasional. 

Oh ya sekedar info, di Taman Ueno yang sangat luas ini didirikan banyak museum seperti Museum Royal Ueno, Museum Seni Metropolitan Tokyo, dan sebagainya. Aku yakin takkan cukup seharian untuk menjelajahi tempat-tempat itu.

Untuk masuk ke Museum Nasional Tokyo, aku mengeluarkan uang 600 yen untuk tiketnya. Di dalam ada beberapa bangunan megah berwarna putih. Sebagai langkah pertama, aku mengunjungi bangunan utama terlebih dulu. 

Bentuk bangunan utama tersebut seperti perpaduan antara arsitektur Jepang dan Eropa. Saat memasuki bangunan utama, rasanya seperti masuk ke bangunan katedral. Tangganya yang luas dan kokoh mengantarkanku ke lantai 2. Jendela kaca patri yang tinggi terpasang di dindingnya, meneruskan cahaya matahari yang terik menjadi lebih lembut.
Bangunan Hyokeikan (Bagian dari Museum Nasional)

Wayang kulit yang dipamerkan di dalam museum

Di lantai 2 ada banyak sekali benda-benda bersejarah. Mulai dari artefak Zaman Jomon hingga perlengkapan samurai Zaman Edo. Tak hanya peralatan dari batu dan logam, kimono bangsawan dan makimono (gulungan kertas berisi kisah-kisah) pun dipajang dengan rapi. Bahkan aku sempat menemukan wayang kulit di dalam museum. Entah apa kaitannya dengan sejarah Jepang, tapi penjelasannya cukup lengkap. Sambil membaca sekilas guide singkat, banyak sekali hal menarik yang kulihat.

Di lantai 1, aku menemukan toko souvenir. Banyak sekali barang yang dijual, mulai dari buku-buku hingga perkakas dengan corak ala Jepang. Harganya pun bermacam-macam, ada yang murah, ada juga yang baru kulihat harganya saja sudah membuatku termegap-megap. 

Seperti saat di Indonesia maupun saat pulang magang, yang tetap menarik perhatianku adalah buku. Banyak sekali buku yang dijual di toko ini. Rasanya sudah seperti mengunjungi salah satu toko buku di Jinbocho yang cukup besar.

Segera aku merapat ke bagian kanan toko, di mana berjajar buku-buku. Kebanyakan yang dijual adalah buku tentang Museum Nasional Tokyo, museum di Jepang secara umum, dan tentang kebudayaan Jepang. Tak hanya berbahasa Jepang, banyak diantaranya yang dicetak secara bilingual. Salah satunya yang menarik perhatian adalah yang berjudul “Japanese Religion”. Kuputuskan untuk membeli buku seharga 1500 yen itu. Lumayanlah sambil belajar dokkai (membaca dan memahami) juga.

Kurang lebih pada pukul 4 sore, aku beralih ke gedung berikutnya. Gedung yang kutuju berisi barang-barang seni dari mancanegara. Bagian dalamnya tak kalah megah dari gedung utama. Bahkan saat menyadari ada lift di dalam, semakin memperlihatkan bahwa bangunan itu adalah bangunan baru. 

Di bangunan yang bernama “Toyokan” ini dipamerkan berbagai patung yang berusia ribuan tahun. Ada yang dari Mesir, Yunani, Romawi, bahkan Asia Tenggara. Bahkan aku menemukan pameran mumi di sini. Sekali lagi aku menyayangkan temanku tak bisa ikut serta dalam tur “3 in 1” kali ini, karena seandainya ia tidak jatuh sakit, guide dari mahasiswi ilmu sejarah itu pasti akan sangat menarik.

Setelah sedikit beristirahat dan membeli 3 buah kartu pos bergambar ukiyo-e di toko souvenir museum, aku pun langsung pulang sebelum museum tutup pada pukul 5 sore. Intinya, Ueno banyak memberiku petualangan menarik pada hari ini. Mulai dari mengenal para satwa, menikmati ketenangan kuil, hingga kilas balik peradaban melalui benda bersejarah. Benar-benar 3 in 1.

You Might Also Like

1 comments

Like us on Facebook

Flickr Images